Mereka Bilang Cinta

Berawal dari mata, singgah ke hati dan berakhir di ujung kelamin, mereka bilang cinta. 

Si dia menganut paham bahwa manis wajah dipandang adalah cikal bakal tumbuhnya rasa suka. Pun hal lain yang menumbuhkan suka menjadi cinta adalah bibir lembut dan santun yang dimiliki kekasihnya. Perilakunya manis, makin larutlah dia pada elok tubuh kekasihnya. Tidaklah terlalu terburu-buru untuk jatuh hati. Tidaklah terburu-buru untuk menyatakan cinta. Tidaklah terburu-buru menyebutnya sebagai kekasih. Si dia diam-diam merencanakan perjalanan indah untuk dilewati bersama. 

Indah belum tentu manis. Mendadak menjadi hambar saat si dia dan kekasihnya merapatkan jemari. Mungkin terlalu terburu-buru beradu aroma nafas, mungkin masih teralu pagi untuk menguapkan cinta, atau mungkin ada rasa lain selain cinta. Apa itu? Saat kekasihnya bilang cinta si dia diam tanpa balas, pelan-pelan kehilangan bibir lembut dan santun kekasihnya, juga rencana indah untuk dilewatkan bersama.

Mereka bilang cinta. Si dia terperosok lagi ke dalam lobang gelap hatinya. Jatuh pada ruang yang di dalamnya ada banyak bekas kecupan, entah itu milik siapa. Tidak ada jejak pengingat namun si dia ingat dengan tiap rasa dari kecupan itu. Apakah itu cinta? tidak ada cinta disana, hanya ada sisa-sisa kehangatan dimalam dingin, wujud dari ucapan gombal mereka yang katanya ingin bersama.  

Mengaduk teh tawar dipagi subuh yang dinginnya menusuk tulang. Si dia memeluk rasa rindu pada kecupan-kecupan manis tanpa cinta, membuang rasa tawar dari kecupan berlapisi cinta. Apakah ada yang aneh? Kenyataannya adalah si dia tidak bisa mengawinkan cinta dengan nafsu dalam mata dan hati. Adalah si dia yang gagal mengingatkan diri bahwa cinta dan nafsu itu sama-sama ada di ujung kelamin.



Komentar

Postingan Populer