Curug Panjang, Bogor.
Journey Of Jarmo:
Curug Panjang, Bogor.
Duduk manis di bawah deres curug panjang |
Sabtu 2 April. Langit kota Depok diselimuti
awan mendung sejak siang, sesekali guruh menemani dengan membunyikan suaranya yang kemudian hujan
mulai turun menjatuhkan dirinya, meski tak deras namun setia hingga malam. Jarmo
masih menunggu dengan sepiring indomie goreng dan acara televisi yang menyiarkan
kompetisi ajang pencarian bakat. Sebagian
besar orang, menunggu kadang menjadi bagian yang membosankan dalam hidup, namun
menunggu sudah menjadi bagian dari hidup Jarmo, jadi tak masalah baginya
menunggu beberapa jam saja hingga Boedel tiba di tempatnya.
Perjalanan ini dimulai dari
keresahan Jarmo yang kembali sulit tidur. Ada drama mengalir dikepalanya tanpa sebuah akhir yang ingin
sekali ia sekiankan. Ada dirinya di
dalam sana namun bukan sebagai pemeran
utama, hanya berperan menjadi orang ketiga yang merindukan peluk. Ada rindu
yang tak pernah berbalas.
Boedel tiba dengan rasa lapar. Seperti
biasa, manusia yang satu ini punya catatan hidup yang tak jauh dari urusan
perut. Kemana-mana selalu diikuti rasa lapar, herannya meski sering sekali
makan namun tak mempengaruhi berat badannya, tetap pada bobot normal pria
dengan tinggi 185cm. Setelah menyelesaikan makannya (Nasi goreng Cirebon harga
Rp 17 ribu, harga nasi goreng gerobak termahal sepanjang sejarah) keduanya
berangkat dengan menumpang KRL dari stasiun UI menuju stasiun akhir, Bogor.
Sisa hujan membuat genangan air
di jalan-jalan yang bolong dan membuat udara malam kota Bogor lebih dingin dari
biasanya, sekitar pukul 11 malam keduanya keluar dari pintu stasiun menuju
angkotan umum yang mengantarkan mereka ke jalan Sukasari dari sana mereka harus
melanjutkan perjalanan dengan naik angkot menuju Ciawi. Hampir tengah malam, jalan dari lampu merah
ciawi menuju puncak ataupun sukabumi dipenuhi oleh kendaraan. Keduanya terpaksa turun dan naik ojek dan setibanya
dirumah, menyisahkan bokap yang masih menonton televisi sementara itu televisi
menonton nyokap dan si kecil yang pulas tertidur. Tak menunggu lama setelah
salim sama orangtua keduanya membuka tudung nasi dan makan lagi.
Makanan dalam piring jarmo
menggunung, nasi dengan jengkol, ikan teri, sayur asem, sambel sunda dan lalap
dihabiskan dalam waktu singkat. Ini surga, setiap ke rumah, nyokap selalu
masakin makanan favorit Jarmo. Di dunia
ini tak ada makanan enak selain masakan rumah. Dan terima kasih buat nyokap
Boedel yang selalu masakin makanan sederhana namun lezatnya tiada tara tiap
kali main ke rumah. Usai makan, Jarmo langsung merebahkan diri, rindu tidur nyenyak.
Sementara itu Boedel masih sibuk dengan ritualnya, memantau para penikmat suaranya
di media social smule. Zzzzzzz …….
Pagi Ciawi…
Matahari bersinar terang,
beberapa warga sekitar mengantri bubur untuk sarapan, ada pula yang berolahraga
sepeda dan juga lari pagi. Jarmo menangkap aktivitas pagi itu dari balkon kamar
Boedel. Ia menikmati paginya dengan menyaksikan pemandangan gunung gede dengan
latarbelakang langit biru terang, sementara itu tumpukan rumah dan bangunan menebar
dibawahnya yang dilapisi oleh kabut tipis. Pagi kesendirian.
Jam 8 pagi. Jarmo dan Boedel siap
berangkat menuju curug panjang. Wait… Si Mr. Perfect mengecek ulang barang
bawaannya : Baju ganti, Kacamata, Parfum, seperangkat pembersih wajah dan cream
muka. OK. Ia menyerahkan semua pada Jarmo untuk dimasukan semua ke dalam tas
setelah merasa benar-benar yakin tidak ada satupun barang yang tertinggal. “Dasar
sempak” Caci Jarmo sambil menggendong tas punggungnya.
Mengendarai motor, keduanya
melaju dari ciawi menuju Cisarua. Walau masih pagi jalan arah puncak mulai
tampak padat saat melewati pertigaan Gadok, untungnya naik motor jadi bisa
salip sana salip sini. Dan hanya memakan waktu 20 menit untuk sampai di daerah
Mega Mendung, di sebelah kiri jalan terdapat Masjid Jami’ Nurul Huda dan keduanya
langsung berbelok mengikuti jalan melewati Unilever Learning Center, mengikuti
petunjuk arah yang hingga melewati Pusdik Reskrim Polri, terus mengikuti jalan
hingga ada petunjuk arah Curug Panjang arah kiri dan Curug Naga arah kanan
jalan. Jalur yang dilalui agak kecil dan cukup curam, serta hanya bisa dialalui
oleh satu mobil. Sebelum sampai di pintu masuk, keduanya melewati 2 curug yang
airnya mengalir deras di tepian jalan.
Tarif masuk kawasan Curug panjang
Rp 12 ribu perorang dan Rp 3 ribu untuk kendaraan bermotor. Jadi Jarmo dan
Boedel merogoh kantong Rp 37 rupiah pagi itu saat berada dikawasan air terjun
panjang. Dari tempat parkir keduanya berjalan santai menuju curug panjang,
sedikit mendaki dan menemui satu curug sebelum melewati jembatan kecil yang
membelah curug panjang itu sendiri. Suasana alami jelas terasa, suara deras air
mengalir, udara sejuk dengan pemandangan hijau hutan dan pohon pinus ditambah
langit biru hari itu meski tampak ramai dengan para pengunjung namun tak
menghilangkan keindahan tempat tersebut.
Curug panjang merupakan rangkaian
dari 8 curug yang ada di kawasan mega mendung, Bogor. Curug ini memiliki tinggi
hanya sekitar 3 meter namun panjang dan
landai sehingga meskipun ramai, pengunjung dapat memilih tempat untuk menikmati
aliran airnya yang waktu itu cukup deras (April 2016). Dikawasan ini juga
menyediakan tempat perkemahan atau camping ceria dengan fasilitas warung makan
dan toilet mandi. Secara keseluruhan area di curug panjang tertata rapi dan
bersih.
Setelah memuaskan diri bermain
air di curug panjang, Jarmo dan Boedel menyusuri daerah sekitar yang dipagari
pohon pinus, lewat jalan setapak keduanya berujung dipintu masuk kedua dari
curug panjang, sesaat berbincang sejenak dengan penjaga pos masuk, Jarmo dan
Boedel mendapat informasi dikawasan tersebut terdapat curug bunder dan ciblao
yang berjarak sekitar 2 KM diatas curug panjang. Hehe… tanpa berpikir panjang
lagi, keduanya langsung bergegas menuju curug yang dimaksud. Salam dan punten
sanget mang penjaga pos pintu masuk.
Langkah menuju curug bunder dan
ciblao agak susah karena belum ada petunjuk arah dan berada diluar kawasan
curug panjang. Jarmo dan Boedel mendaki gundukan tanah yang cukup tinggi keluar
dari curug panjang melewati area camping dan masuk area perumahan warga
sekitar. Dari sana mereka bertanya arah menuju curug ciblao dengan jalan yang terus menanjak, melewati beberapa
rumah warga dan resort-resort yang masih dalam tahan pembangunan, dan memakan
waktu sekitar 30 menit untuk tiba di depan pintu masuk curug tersebut.
Berada di curug Ciblao, kedua
disambut penjaga yang memberitahukan ringkas tentang curug tersebut. Curug ini
merupakan curug tertinggi dari delapan curug yang ada dikawasan mega mendung,
dinamakan curug ciblao karena airnya berwarna biru saat musim kemarau atau pun
hujan sedang tidak sering turun, warna air yang biru inilah yang menjadi pesona
dari curug ini, saking biru dan jernih pengunjung dapat melihat dasar dari
curug ciblao, eh tapi tunggu. Ada informasi penting, curug ini memiliki kedalaman
air mencapai lima meter dan terdapat arus dalam, maka dari itu pengunjung yang
ingin berenang diwajibkan untuk menggunakan pelampung.
Curug Ciblao |
Curug bunder sendiri ada dibawah
curug ciblao, jadi ketika ingin menikmati curug bunder, pengunjung harus
ngetrack terdahulu mengikuti aliran air dari curug ciblao dan akan melewati
curug orog sebelum tiba dicurug bunder. Dari informasi yang didapat, pengujung
dapat mengambil paket menyusuri ketiga curug tersebut dan hiking di area
tersebut yang dipandu oleh petugas disana dengan biaya Rp 65 Ribu.
Melepas lelah, Jarmo dan Boedel
memilih makan siang diwarung yang ada di curug Ciblao sebelum akhirnya kembali
ke kawasan curug panjang untuk membersihkan diri dan kembali ke rumah.
Jarmo & Boedel |
Ada baiknya untuk menikmati curug
dikawasan Mega Mendung ini pada waktu kemarau dan menggunakan kendaraan roda
dua serta membawa bekal dari rumah dan membawa kembali sampah-sampah yang
dimiliki atau membuang pada tempatnya.
#JourneyOfJarmo #WithKesendirian
Komentar
Posting Komentar