Wawa Selalu Belajar Berjalan

Ibuk pasti tidak percaya, anak laki-lakinya yang lembut ini bisa bertahan di kerasnya ibu kota. Berjuang menjadi seorang pria seperti Bapak tanpa berpegang tangan lagi. Anaknya yang satu ini memang selalu mendapat perhatian lebih. Selalu dikhawatirkan kehidupannya.

Kecil ku dulu, aku selalu merengek minta digendong. Baru berjalan sedikit saja kakiku sudah terasa sangat letih. Sebelum tidur Ibuk selalu memijit kaki ku hingga aku terlelap tidur, entah kenapa kakiku selalu terasa nyeri. Hal ini membuat ku banyak diam, tidak seperti saudaraku yang lain, bebas berlari menikmati hari mereka. Aku juga tak memiliki nafsu makan, badanku kecil diantara yang lainnya. Aku hanya makan jika dipaksakan. Ibuk sangat sabar mengurusiku.

Pernah suatu hari Ibuk menangis keras, itu karena aku sterlihat mati. Aku tergeletak tak berdaya, tubuhku sangat kurus, hanya menyisakan tulang dengan lapisan kulit yang tipis. Ada yang bilang aku seperti anak monyet, itu karena tubuhku hanya seukuran anak monyet dengan usiaku yang sudah empat tahun. Tebakan orang-orang aku terkena tipes, tapi entahlah aku sakit apa yang jelas aku sudah tidak di rawat dirumah sakit lagi. Dokter menyarankan aku dibawa ke rumah saja. Mungkin dia sudah menyerah atau memang uang perawatanku sudah tidak ada lagi. Semua orang sudah mengihklaskan ku, mungkin itu doa terbaik mereka tapi Ibuk yang air matanya selalu mengalir ketika melihat kondisiku tak pernah berhenti menaruh harapan untuk kesembuhanku. Dan ajaibnya doa Ibuk ku. Tuhan membuka mata dan aku mulai belajar berjalan lagi.

Aku tak pernah lepas dari Ibuk, bahkan aku masih menempel di lengannya ketika  mendapatkan seorang adik. Ini yang menyebabkan Ibuk selalu bilang pada Bapak.
"Ibuk tak yakin pak Wawa bisa jauh dari kita, Bapak harus menyusun masa depannya. Wawa tak kuat seperti kakaknya, Wawa itu berbeda."  Dan Bapak hanya diam sambil menyalakan rokoknya lagi.

Kini Wawa masih terus belajar berjalan, berjuang untuk melepas keraguan terhadap dirinya, tanpa disadari perbedaan yang ada pada Wawa membuatnya lebih kuat dari saudaranya. Tumbuh dalam terpaan waktu Wawa melangkahkan diri menuju mimpinya.

Ingin ku katakan bahwa aku sudah kuat Buk. Tapi Ibuk selalu mengkhawatirkanku, dalam sujudnya Ia selalu meminta pada Tuhan untuk meletakkan malaikat sebagai penjagaku. Menjaga anak laki-lakinya yang lembut.

Komentar

Posting Komentar

Postingan Populer