Yellow Truck Coffee

Walaupun nggak disiarin langsung lewat radio atau iklan TV, kata “malam minggu” sampe sekarang masih aja kedengaran dan jadi momok yang menakutkan untuk usai-usai angkatan 90’an (dengan catatan yang belum married), heran mulut-mulut para generasi negeri ini nggak pernah mau berhenti ngucapin dua kata tadi. “Malam minggu kemana?; Malam minggu ama siapa?; Ngapain  enaknya ya malam minggu ini?; Abang nasgor depan gang lagi malam minggu jadi gak dagang; malam minggu dirumah aja. Apa ??? semua mata akan tertuju pada Anda kalo iya jawab kalimat yang terakhir .

Malam minggu Jarmo : Dalam kamar, depan laptop, movie marathon hasil download film memanfatkan internet gratis di kantor, catetin quote bagus yang ada di film, update medsos, ngantuk tapi mata perih kelamaan depan screen monitor, gak bisa tidur, ke warkop pesen indomi telor, kenyang dan tidur pas ayam berkukuruyuk, dan bangun dengan disambut jerawat-jerawat baru.

Malam minggu buncit : Menyelami dunia maya, menggagumi wajah-wajah oplas seleb korea, pindah link ke website promo rute penerbangan, hotel murah, belanja gratis ongkir, diskon produk-produk kecantikan. Semua ini dilakukan dengan  kelincahan tangan  yang luar biasa cekatan, ngetik, klik mouse sambil bikin ragam kerajinan rajutannya dia. W o o w w w (diucapkan dengan slomotion).

Unun Jenong : Dalam kehampaan dan harapan yang tak pernah putus, tegar terhadap penolakan dan pengabaian, menyakinkan diri jika pancaran sinar kebahagian itu akan datang tepat pada waktunya; jangan menyerah, jangan menyerah, jangan menyerah : chatting lewat aplikasi dating sepanjang malam.

Boedel, Ulan dan Lintang :  Anak-anak muda ini punya kesempatan bagus untuk menikmati akhir pekan, namun sayang seribu sayang, berjam-berjam mereka harus bertatap muka dengan dosen di kampus, lewat suguhan materi-materi kuliah bekal masa depan lebih baik. Lebih baik gue ngedeketin adeknya Lintang, pikir Boedel. Lebih baik gue belanja olshop, dalam kepala Lintang. Lebih baik gue elus-elus bulu lembut Luna, dalam tatapan kosong Ulan sambil elus-elus jambulnya Boedel. Oke, ketiganya harus mengikuti jadwal kuliah yang hadir setiap sabtu pagi hingga malam.

Malam minggu yuk? Please gak ada jawaban akan kemana dengan siapa akan berbuat apa dari para anak muda yang nanti akan tua ini, yang ada cuma menikmati waktu bersama dengan makan atau ngopi bareng, seperti ngopi bersama di Yellow Truck Coffee dengan alasan membahas rencana bepergian selanjutnya.

Beberapa jam sebelum berada di Y.T.C : Jarmo masih movie marathon di kamarnya; Buncit window shop ke mall cari diskonan; Jenong mandi kembang hasil jarahan dari tetangga sebelah; Boedel nguap-nguap; Lintang cek alis apakah masih strong; Ulan nyimak penjelasan dosen;

Satu jam sebelum pertemuan : buncit udah di rumah Jarmo dengan melahap ayam penyet; Jenong menggigil akibat kelamaan mandi kembang; Boedel ngebentukin alisnya Lintang; Ulan tidur di kelas.

30 Menit di Y.T.C : Jarmo duduk manis dengan cappuccino iced yang kepaitan; Buncit mesem-mesem sendiri; Jenong peluk erat driver grab bike; Boedel pulang ke rumah; Lintang & Ulan lagi OTW.

1 jam di Y.T.C : Bahas isu kawin cerai, curhatan pusingnya kuliah dengan masing-masing minuman yang udah tinggal setengah; Boedel kejebak macet dalam perjalanan.
Setengah jam berikutnya di Y.T.C : *keluarin senjata, pasang pose paling kece, senyum, monyong, belo’in mata, berselfie ria; Boedel gigit-gigitin kursi bis.
Cuma 5 menit di Y.T.C : Bahas agenda perjalanan yang ilang gitu aja; Boedel nangis dibelakang kursi.

Lanjut 1 Jam lagi di Y.T.C : Nyir-nyirin pernikahan Aming; Boedel duduk dipangkuan abang sopir.

Jam 11 Malam: Sambil share foto di grup; Buncit pulang diantar mas Budi gak pake Lesmana dari grab bike; Lintang pulang ke rumahnya; Ulan pulang ke rumahnya juga; Jenong di tolak 2 kali driver grab bike; Jarmo sementara nemenin Jenong, takut-takut si Jenong daftar diri sebagai driver grab bike; Boedel sampe rumah dengan jambul yang udah melorot, baju melorot, dan celana melorot. Hemmmmm.

Malam Minggu?
Sabtu 4 Juni 2016

Ketika bukain pintu masuk Y.T.C, Buncit terpana pada satu sosok barista yang tengah sibuk menyiapkan  pesanan. Lelaki muda, tinggi, putih, sedikit berewokan, dan dari penampilannya sekilas mirip dengan Chicko Jerico, Owalah …. Jadi ini yang bikin si Buncit mesem-mesem sendiri. Yang minta tuker tempat duduk sama Jarmo biar bisa liat si barista. Yang niat banget ngajakin anak-anak ngopi di sini. Hemmm… Tak pernah terduga.

Tempat ini punya dua lantai, dimana saat Jarmo & Buncit tiba, kursi dan bangku di lantai bawah hampir penuh terisi, Buncit mengecek lantai atas kemudian kembali turun dengan informasi ruang diatas sana agak panas karena diperuntukan untuk mereka yang merokok. Jadi keduanya memilih duduk di lantai bawah dengan meja hanya untuk dua orang. Beruntung bangku disamping mereka yang cukup untuk enam orang sudah selesai dan segera keduanya pindah sambil menunggu kedatangan anak-anak yang lain.

Suasana di lantai bawah terasa tenang dan hangat dengan ragam obrolan pengunjung, Jarmo menjadi pendengar ungkapan perasaan Buncit yang tiba-tiba saja seperti anak remaja  jatuh cinta, mengingat jarang-jarang si Buncit suka sama orang. Entah pesona apa yang ada pada barista tersebut hingga membuat wajah buncit merona.


Kebiasaan Jarmo yang suka mengamati sesuatu masih terus berlanjut, sembil mendengar curhatan Buncit ia mengamati interior lantai bawah Y.T.C yang cat temboknya berwana kuning dengan menempatkan body mobil truck sebagai tempat pesan makan, lampu ragam jenis menggantung di langit-langit serta dekorasi ruang yang tak terlalu rame, hanya ada beberapa figura vintage yang menempel acak di tembok. Tiba saatnya pandangan Jarmo terhenti pada seorang yang ada di barisan antrian, dibawah cahaya lampu yang temaram dengan menyandarkan diri di tembok, kata cantik langsung ada dalam kepala Jarmo sambil mengingat-ingat sesuatu, seperti tahu siapa dia. Seorang wanita berkacamata menarik perhatian Jarmo namun ia diam saja, tak mau banyak berkomentar, jelasnya wanita ini sudah membuat Jarmo mengembangkan senyum. Ia kembali focus pada cerita buncit, dan tak lama menyusul Jenong, Lintang, dan Ulan bergabung bersama mereka.

“Kamu tidak bisa menebak kapan dan dimana akan jatuh cinta”


Sekian cerita untuk kali ini, menunggu cerita berikutnya adalah buka bersama, tepatnya buka puasa bersama.

Komentar

Postingan Populer