Perjalanan Bersama Backpacker Jakarta 8 (Pamit)
Waktu
berlalu tanpa pernah kita sadari betapa banyak hal yang sudah terlewatkan,
sebagian kecil tersimpan dalam wadah kenangan, terselip dalam lubuk hati dan
mengendap dalam ingatan. Namun sebagian besar lainnya berlalu begitu saja. Mengingat
perihal kenangan yang tak selamanya indah dan tak melulu senduh. Ingatan dalam
perjalanan saya melewatkan sebagian waktu bersama keluarga kecil Backpacker
Jakarta 8.
Bermula
dari obrolan yang tak miliki akhir dengan salah satu sahabat terbaik di bumi,
yang tahu seperti apa diri ini dalam keseharian, bagaimana pekan berakhir
hingga tahun berumur panjang. Obrolan yang akhirnya mengharuskan saya membuka
diri pada dunia luar, setidaknya saya harus mengenal orang-orang baru dengan
lingkungan yang berbeda, tidak melulu menghabiskan waktu dengan memutar
lingkaran bangun tidur, bekerja dan menghabiskan hari-hari bersama orang-orang
yang itu-itu saja.
Sebenarnya
saya sendiri menikmati lingkaran tersebut, karena saya yang menciptakannya,
betah dengan ketidakterbukaan pada banyak hal, namun ada hal yang harus
dilakukan di luar dari kenyamanan yang sudah ada. Begitu pesan sahabat saya hingga
saya pun memilih untuk menjadi bagian dari komunitas para pencinta jalan-jalan backpacker Jakarta.
Memilih
backpacker Jakarta bukan sekedar pilihan yang sepertinya asik, seru, bisa
berkenalan dengan orang baru dan alasan lain semacamnya. Memantapkan hati
bergabung dengan komunitas ini adalah tentang seseorang, dia yang memenuhi
cerita-cerita melankolis pada banyak tulisan yang saya buat. Dia yang membebaskan
diri pada dunianya, dia yang datang dan pergi sesuka hati. Dia menuntun diri
ini mencari jawab atas siapa saya dalam dunianya.
Ramadan
pada masehi 2016, lupa persis tanggalnya berapa, saya masuk dalam grup WA dan
disambut dengan baik dalam keluarga backpacker Jakarta 8 yang miliki jargon
“baver”, bahagia forever. Memperkenalkan diri apa adanya dan mengikuti role
dengan cukup baik. Dan penggalan ingatan saya mulai dari sini, bismillah . . . .
Perjalanan
perdana dengan warga/member backpacker Jakarta 8 (BPJ 8) adalah pada saat
project video ucapan selamat ulang tahun BPJ 8 kedua yang digagas oleh Shinta dan
bertempat di gunung Pancar, Bogor. Berangkat sabtu sore dengan meeting point di
daearah Pemda Cibinong. Masih ingat, pertama kali ketemu dengan Kak Putri dan Fian yang boncengan dari Bekasi. Lanjut bergabung dengan lainnya
yang asik minum es kelapa di pinggir jalan. Ochan, Bayu, Bung Adi, Bang
Sahli, Wiwid, Mori, sepupu Mori, Rifkey, Ocky, Roy, Athifa, Sheril, Bondan, Fitri
one, Fitria “Mpit” Rusadi (bukan
siapa-siapanya Paramitha Rusadi), Desy,
Meymey dan Shinta. Sepertinya sudah cukup (awak lupa siapa aja), pasukan pun berangkat menuju curug Ciburial
buat ngecamp cantik di dekat curug sambil bakar-bakar sosis, nyanyi-nyanyi
bahagia, dan haha-hihi sampe ada yang beper dan mutusin hubungan dengan tarik
selimut buat tidur.
Pada kenyataannya perjalanan menuju curug harus dilewati dengan hujan deras, jalan yang ju-gi-ja-gi-jug yang gak asik, sampe kemalaman dengan penerangan motor yang seadaanya. Gak sekali dua turun dari motor menghindari turunan tajam dengan kondisi jalan yang bolong macam isi dompet saya, lanjut dorong motor di tanjakan terjal dan seterusnya, seterusnya, seterusnya… sampe tiba di pos curug dengan keadaan lepek dan basah luar dalam. Menciut broh.
Team 8 (istilah yang saya gunakan saat berpergian bersama anak backpacker Jakarta 8) menggelar makan malam dengan liwetan ala-ala dari bekal yang dibawa di salah satu rumah warga penjaga pintu masuk curug, sekaligus tempat bermalam karena tidak jadi bangun tenda dekat curug yang jaraknya cukup jauh dari pintu masuk. Keakraban alami selalu muncul pada waktu makan, dari yang malu-malu sampai yang mau-mau, jadi mulai mengenal karakter team 8 satu persatu dari sana. Singkatnya perjalanan ini menjadi perjalanan terbaik bersama backpacker Jakarta 8.
Keakraban
selanjutnya terjalin pada pertemuan kopdar mix antara BPJ 8 dengan BPJ lainnya (lupa BPJ berapa aja yang waktu itu digabung
dalam kopdar) yang bertempat di Lapangan Banteng. Disini saya bertemu wujud
nyatanya bang Al (Aliando), Mas Ady, Kak Tya, Liya, Mas Alpandi, pak RT dan Bu
RT (Aga Buluk & Kah Hen yang baik hatinya), Dika, Apri, Dek Pipid, Wulan
dan Murti, yang gak bedanya antara ngobrol di ruang grup WA dan dunia
nyata. Rameeeeee……
Jauh mengenal lebih dekat, dan harus istighfar dengan “kelakuan” anak-anak BPJ 8. Pada moment berharga yang wajib untuk dikenang ini semuanya bahagia, kecuali yang nggak kebagian ayam bakar karena malu padahal mau. Yang hadir selain mereka yang telah disebutkan namanya di atas adalah Nancy (sempat bikin jatuh hati), Pikachu (yang tak seramai ketika “nyetrum” dalam chat grup), Ria (yang juga pemalu, punya dunianya sendiri, dan bikin penasaran untuk diulik), ada Dina (gadis ramah tamah nan mempesona), teh Yayu (bukan jenis teh hijau atau teh lainnya, teteh-teteh yang baik pokoknya, dan dia sahabat saya. Jadi gak boleh ngatain kalau idungnya gak cukup mancung). Burhan (gak tau sebenarnya siapa dia, tiba-tiba muncul dari dalam kolam dan nari-nari di atas meja billiard). Ariza (Pendiam. Ketawa kalo ada yang lucu, makan kalo laper, dan tidur kalo ngantuk). Mas Haris (Doyan berenang, setau saya selama di sana basah-basahan mulu, apa mungkin dia sebenarnya hidup di air gak di darat). Bang Acho (pacarnya Kiwid kala itu, dan mungkin untuk selamanya, walaupun udahan berakhir). Bunda Melly (Bundanya pudot, yang banyak bawa makanan), Justin (gak Cuma sekedar just dan in tapi emang just dan in, gak paham jelasinnya gimana, intinya keceh). Bang Decky (persis sosok abang-abang, tapi bukan abang ojek pake online), Belia (nyatanya asik macam permen nano-nano dan menemukan cinta dalam backpacker Jakarta 8). Anissa a.k.a Ichong (yang waktu itu dipepetin Dika namun punya seribu jurus anti pepet dari nenek buyutnya hingga Dika kembali tak mampu mengubah status jomblonya dengan pangkat terus berusaha hingga bendara kuning berkibar). Ada beberapa lagi yang saya lupa dengan kelakuannya melebihi batas kemampuan berpikir, kok ada manusia macam dia yang bikin orang-orang gak berhenti ketawa. Jadi dua hari satu malam di villa Cisarua Bogor ini semua merasa happy dan tidak ada yang tersakiti.
Lepas
dari kemeriahan kopdar, kehidupan BPJ 8 berlanjut dalam chat grup yang itu-itu
lagi orangnya. Hingga datang masa untuk berbagi kebahagian bersama adek-adek
gemes dan miliki energy luar biasa. Kegiatan bakti sosial bersama anak-anak
Sekolah Bersama Ka Achi di daerah Pasar Minggu, Jakarta.
Keberadaan
komunitas ini tidak sekedar berbagi keseruan dalam perjalanan menelusuri
tempat-tempat kece di negeri ibu pertiwi namun juga memberikan manfaat lainnya
dengan menggelar kegiatan sosial. Kesempatan itu ada atas ide pak RT dan
diaminkan oleh segenap warganya yang mulai mendonasikan sebagian apa yang ada,
kemudian jalan terbuka dengan datangnya sponsor yang turut menyumbang di luar
target panitia baksos. Puji syukur pada Allah SWT yang selalu memberikan jalan
untuk hal baik.
Kegiatan
ini berbagi peralatan sekolah, menyumbang buku-buku bacaan dengan tak lupa
berbagi keseruan bermain bersama anak-anak sekolah bersama. Dan terpenting Team
8 mampu memperbaiki kondisi sekolah menjadi lebih baik. Mau ngomong hal baik
lainnya, tapi lupa kita gak boleh riyak ya gaes, takut apa yang udah dilakuin
malah jadi keliatan shombong. Dan kalo orang shombong matinya aneh-aneh. Jadi
mari kita beristighfar bersama, astaghfirullah…. Sekian dan assalamualaikum.
Jadi pada dasarnya grup backpacker Jakarta 8 ini memang suka bakti sosial dalam banyak kegiatan sosial dan itu menjadi salah satu hal baik buat para warganya, sebagai pengingat untuk tak sekedar menyenangkan diri sendiri.
Dari
kegiatan ini ada dua sosok yang akhirnya ketemu juga, ada Ka Rasi (yang super baik, pengertian dan tipe orang yang tak
memperhitungkan apa pun itu untuk kebaikan)
dan Mak Iin (yang kalo ngebayol banyak benernya, walau kadang pedes tapi
tetap gurih). Yang lainnya udah pada kenal dan paham kelakuannya, jadi gak usah
dibahas lagi.
Next
ringkas strory karna sudah banyak yang mulai bosan baca tulisan ini.
Menghabiskan waktu lainnya bersama Team 8 adalah Kopdar Akbar BPJ (buka puasa
all member BPJ dengan rangkaian kegiatan yang full) dan Perayaan ulang tahun
backpacker Jakarta yang ke-4 di Buperta, Cibubur.
Pada moment bukber akbar, saya dan Athifa mewakili BPJ 8 dalam fashion show. You know what, ini hal paling berani yang saya buat selama dalam perjalanan hidup saya. Kalau yang dilihat saya percaya diri ada di sebuah panggung, dilihat banyak orang, itu bukanlah sejatinya diri saya. Ada dorongan dalam diri saya untuk mencoba melakukan hal yang bukan diri saya, yes mencoba melepaskan ketidaknyamanan dalam sebuah keramaian. Perpaduan kesempatan yang diberikan BPJ 8 dan keinginan untuk melakukan hal di luar kepercayaan diri saya. Dan saya pun melakukannya.
Terakhir
moment kebersamaan dalam perayaan ulang tahun backpacker Jakarta, September
2017 lalu. Tak banyak hal yang saya perbuat dalam memperbantu persiapan Team 8
di gelaran Pesona Indonesia Backpacker Jakarta, namun upaya yang dapat saya
lakukan adalah pada saat eksekusi lapangan. Bersama team 8 lainya bahu membahu
mendekor provinsi Bengkulu pada ruang yang telah disediakan dan hasil
maksimalnya adalah semua orang dapat menikmati moment kebersamaan ini. Love.
So,
kenapa saya pamit dari keluarga yang penuh cerita backpacker Jakarta 8 padahal
segala hal yang dilakukan selalu menyenangkan adalah karena saya harus pergi
memperbaiki diri, pergi bukan menuju suatu tempat nun jauh di sana, pergi membawa
diri menyelesaikan persoalan hidup saya, hati dan tentang masa depan. (LEBAY yeeee…)
Hal
yang tak saya inginkan berada di suatu tempat adalah jika itu hanya sekedar
pelarian, ya walau pun itu sah-sah saja untuk dilakukan, tapi saya tidak
mengingkannya. Tidak juga untuk dianggap ada dengan sekedar menjadi bagian dari
BPJ 8. Eksistensi memang perlu tapi tidak dengan menjadi benalu. Bagi saya
berada di suatu tempat di mana pun berada adalah mampu memberikan manfaat
sekecil apa pun itu, dan itu sudah jadi bagian dari prinsip kehidupan saya.
Saya
sedang melangkah menata kembali hati dan hari esok, semoga “keambiguan”
pamitnya saya dari keluarga BPJ 8 ini dapat dimengerti oleh kalian yang saya
sayangi sebagai keluarga. Terima kasih atas kesempatan, kebahagian, cerita
manis, perjuangan, kerja tim dan hal baik lainnya yang telah kalian buat dan berikan
dalam kehidupan saya.
Salam dan peluk dari abang, kakak, mas Jarmo. Seorang gemini melankolis.
Komentar
Posting Komentar