"Ranjau" Gunung Munara

Suatu hari saya pergi dengan seorang teman baru yang kini menjadi teman berbagi ilmu dan informasi tentang banyak hal, terutama perihal bagaimana mendapatkan gift-gift dari quiz yang bertebaran di media sosial. Yes, bisa dibilang kita adalah sebagian dari para quiz hunter yang ada di muka bumi.



Apa yang hendak saya ceritakan ?
Kembali pada suatu hari, saya (Jarmo : mungkin masih ada yang belum kenal, kembali saya memperkenalkan diri sebab tak kenal maka tak cayang) dan Dody (teman baru pada saat itu dan kini sudah jadi teman-temanan hiphip hura-hura huhu...) bermufakat untuk pergi ke Gunung Munara, Rumpin, Bogor. Gunung yang lebih cocok disebut dengan bukit karena memiliki ketinggian yang tak lebih tinggi dibandingkan dengan kesombongan anak kecil yang pamer sepeda baru ke teman sekolahnya.



Perjalanan menuju "Munaroh" dimulai dari niat. Saya dan Dody yang belum pernah ke sana sepakat untuk bertemu di stasiun Kebayoran, mengingat saya tinggal di daerah Selatan dan Dody tinggal bersama orangtuanya, Ok skip aja masalah tempat tinggal. Dengan mengendarai sepeda motor kita berangkat dan memulai perjalanan sekitar pukul setengah 10 Pagi. Cuaca hari itu cerah, secerah wajah saya yang diboncengin dan tak cukup cerah riak di wajah Dody karena masih kurang tidur akibat pulang larut dari acara Java Jazz, yang pada akhirnya gantian saya yang boncengin Dody. 

Banyak rute menuju Munara, sebanyak jalan menuju Roma namun saat ditelusuri di mesin pencarian, saya berlabuh pada sumber http://www.nativeindonesia.com/wisata-gunung-munara-bogor/ yang mengatakan terdapat dua rute menuju Munara, yakni :

Jika dari arah Jakarta : (Lebak Bulus lurus – Ciputat lurus – Gaplek lurus – Bojogsari lurus – Parung lalu belok kanan ke – Ciseeng – Rumpin – Basecamp situs Munung Munara)
Dan dari arah Depok : (Margonda lampu merah sebelum terminal belok kanan ke – Arif Rahman Hakim lampu merah belok kiri ke – Nusantara ketemu lampu merah belok kanan ke – Jl Raya Sawangan luruuuus terus lewat perempatan dtc – lurus ketemu pertigaan Parung Bingung ambil arah kiri ke Bojong Sari lurus terus ikutin jalan Raya Sawangan hingga ketemu lampu merah pertigaan Bojong Sari / Mc Donald belok kiri – lurusss terus ketemu Pasar Parung belok kanan – Ciseeng – Rumpin – Kampung Sawah – Situs Gunung Munara)
Kebetulan saya dan Dody dari arah Jakarta, yang jika ditanya orang kalo ketemu. "Dari mana mas?; Dari Jakarta" Keren aja jawabnya.


Setelah melewati pasar Parung perjalanan kita lurus-lurus aja mengikuti maps, selurus jalan hidup yang kita tempuh. Namun ditengah perjalanan saya dan Dody menepi ke tepian parkir Alfamart membeli bekal buat masa depan (urusan perut itu selalu ada kaitannya dengan masa depan, yekan??) singkat cerita kita keluar dengan membawa dua botol Aqua 1500ml, roti sandwich ala mini amrket dan sekantong plastik cemilan.
Kembali melanjutkan perjalanan, maps dengan tujuan gunung Munara yang kita setting akhirnya menunjukan titik keberadaan gunung Munara. Dan eng i eng.... yang kita temukan adalah tempat tambang pasir yang ada dibalik gunung Munara, setelah bertanya dengan penduduk sekitar yang rama tamah kita pun putar arah. Ternyata bukan hanya kita yang disesatkan maps ke arah penambangan, dari cerita penduduk tadi banyak orang yang kesasar kesana karena mengikuti petunjuk maps. Yasud, kita akhirnya mengikuti petunjuk dari omongan orang hasil tanya sana- tanya sini dan sampailah kita di parkiran motor gunung munara. 
Bayar parkir 10 rebu. ✅
Melangkah menuju pintu masuk bayar tiket masuk 20 rebu untuk 2 orang.  ✅
Nanjak dikit demi sedikit lama-lama sampai puncak bukit pun dihadapkan dengan beberapa ember, kotak atau secarik kertas dengan penjaga yang harus juga dibayar. ✅✅✅

Jadi ada beberapa ranjau yang mesti kita lewati untuk berada di puncak Munara. Untungnya kita jenis manusia strong yang shanggup menghadapi halangan, rintangan, cobaan yang menghadang.
Menikmati suasana Munara membuat kita melupakan perihal ranjau-ranjau yang sempat bikin kepala panas ditambah cuaca juga ikutan panas karena sampe Munara hari sudah siang, dan kita pun belum makan, Namun duduk manis di bongkahan batu di atas puncak dengan meyaksikan hamparan hijau pepohonan dengan sepoi angin yang ditiup pengadili angin membuat sejuk segalanya, hati pun pikiran.
Selamat makan.... menyantap makan siang dengan bekal ala kadarnya tak mampu membuat Dody bertahan lama, ia pun memesan mie terenak di bumi, Indomie rebus di warung yang berdiri dibawah pengawasan monyet-monyet gunung Munara.


Tidak berfoto tidak absah sebuah perjalanan, dengan kesungguhan hati saya dan Dody menjepret keindahan alam sekitar, moment-moment yang hadir di sana dan tak melupakan berselfia ria. Kita pun bahagia, saya rasa itulah tujuan dari sebuah perjalanan, melewati banyak hal yang pada akhirnya membuat kita bahagia.
Perjalanan Mendaki Munara diakhiri dengan menyegarkan diri di pemandian air panas Ciseeng yang jaraknya searah jalan pulang kembali ke Jakarta

Temukan Kita di Instagram @Jurnaljarmo dan @dsenjaya89

Komentar

Postingan Populer