Menunggu Tetaplah Menunggu

Terlalu teduh untuk keluar rumah, sedari kubuka tirai jendela, awan gelap masih saja menggantung dilangit kota. Mendung tak berujung di kota ku, bagaimana dengan cuaca kotamu? Selamat pagi.

Pagi yang tidak pernah terhitung, berapa lama aku duduk disini menunggu datangnya langit cerah. Menyaksikan burung layang-layang terbang bebas diatas jalanan yang riuh dengan suara klakson, mereka asyik menari-nari mengintari pembangunan gedung-gedung bertingkat, lalu kembali bertengger pada kabel listrik yang kusut semerawut. Disela-sela rintik hujan yang kembali turun, aku meyempitkan pandangku. Masih dapat terlihat beringin kembar yang kokoh tertancap di alun-alun kota. Terima kasih kamu masih berada disana.

Enggan beranjak sekalipun hujan menghalangi padangan, sekalipun biasnya menampar kaca jendela, sekalipun cangkir kopi hanya tinggal ampas, sekalipun ini sudah waktunya makan siang. Dalam samar-samar, kamu masih berdiri disana tanpa mengalihkan pandangan. 

Perlahan sisa hujan mengalir dari tudung jas hujanku. Sekarang tiada lagi penghalang, deras hujan mampu ditahan oleh rangkaian daun yang melekat erat diranting-ranting pada dahan beringin. Kupikir kamu akan basah kunyup namun tidak demikian, kamu masih kering dan tetap berdiri tegak menghadap jendala kamarku. Apa yang kamu lihat? Apa yang kamu inginkan? tidak ada yang menarik disitu, berhentilah menatap seolah ada kehangatan disitu.

"Ada kehangatan disitu", Kamu berucap dan membalikan badan, seolah tahu apa yang aku pikirkan.

"Pergilah" aku berucap. Kamu hanya menatapku tanpa memalingkan pandangan pada payung yang aku sodorkan, sekarang terlihat jelas kedua bola matamu, aku tidak dapat menebak, kamu melempar senyum dan langit bergemuruh.

Memadukan bunyi hujan dengan desahan nafas, membuat irama baru dalam ruang redup kamar ini. Lembut berbisik, berbagi kasih dalam menyusuri malam panjang dengan saling menjamah pikiran. Saat mata terpejam oleh bibir yang melekat, ku tahu ini yang kau maksudkan dengan adanya kehangatan. 

Pagi yang tidak pernah terhitung, berapa lama aku duduk disini menunggu kamu kembali. Menunggu tanpa kabar itu membuat ku bosan, ada bibir yang ku kecup, jemari yang ku remas, dan ada malam yang aku tidak mampu menahan diriku. Sssttt.... Aku tidak berkhianat. Kamu yang tidak aku ketahui datang dan pergi sesuka hati, meninggalkan pertanyaan untuk apa kamu datang dan mengapa kamu pergi. Tanpa adanya salam ataupun pesan, masuk dan keluar begitu saja kedalam ruang sensitifku. 


Kenyataannya cinta mampu datang dan pergi hanya dalam sekejap mata.
Rindu mampu timbul dan tenggelam hanya dalam jarak helaan nafas.
Dan menunggu tetaplah menunggu.

Komentar

Postingan Populer