Kepada perempuan yang tak pernah lelah menempatkan hati dan pikirannya




Disatu waktu yang sama, hatiku dan hatimu terasa sakit lantaran hati kita yang terluka. Aku atau pun kamu tidak pernah menyadari bahwa harapan itu dekat sekali dengan kekecewaan. Adalah orang-orang yang datang, membuat nyaman lalu pergi tanpa alasan, dan lahirlah kekecewaan dari rasa tulus yang diabaikan. Ah apakah mereka tahu rasanya diabaikan? Rasanya begitu pedih.

Disela mencari jawaban atas pertanyaan-pertanyaan bodoh, kita memutuskan untuk bertemu. Bertukar cerita tentang terlukanya hati kita juga rindu-rindu diantara kita yang tak pernah berubah. Bertempat, inginnya berada dibawah menara Eiffel, menguaraikan isi hati dan pikiran pada kota Paris yang penuh dengan sejarah keromantisan, namun mungkin suatu kelak, untuk saat ini kita bertemu di tugu Monas dulu, sabtu kedua dibulan Januari.

Dipelataran, kita memilih duduk mengamati antrian panjang para pengunjung yang ingin naik ke bagian atas monas. Aku tak yakin apakah kita akan mendapat kesempatan berada diatas sana untuk melihat birunya langit secara lebih dekat, mengingat antriannya yang sudah mengekor, dipenuhi oleh anak sekolah berseragam pramuka.

Langit siang itu nampak biru terang dengan tempelan awan terjejer rapi. Cerah sedang menemani kita menghabiskan bekal dengan penuh khidmat. Sesaat kau merapikan kembali kotak perbekalan, sedangkan aku mengingat-ingat kembali rangkaian kisah yang akan ku ceritakan padamu. Aku merasa tak khusuk, alur yang telah ku buat menyebar terbawa arus angin yang berhembus kencang. Oh… aku tak tahu dari mana harus memulainya dan beruntung kau tak menyadari kebingunganku. Kau mengucir rambutmu agar tak berkibas lagi oleh angin sekaligus mengambil alih obrolan. Kita duduk berhadapan dan dengan manisnya kau mengurai kata menjadi kalimat-kalimat duka.

Tentang hatimu yang terluka – Lagi, kau dipertemukan pada seorang yang mengubah cinta sederhanamu menjadi rumit. Seorang yang aku harapkan dapat menjadi pendampingmu diperjalanan kita yang tak lagi searah. Seorang yang harusnya membawamu ke satu tujuan pasti. Seorang yang kau harapkan dapat menyembuhkan lukamu. Seorang yang kenyataannya malah membuat luka baru dihatimu. Jika saja kau tahu alasan kenapa kau ditinggalkan, kau pasti tidak akan banyak bertanya kenapa hatimu terluka. Dan kekecewaan itu tampak jelas diwajahmu saat kau mengakhiri cerita.

Tentang hatiku yang terluka – Ada rasa lega teramat sangat setelah sempat menjatuhkan butiran bening yang menggenang di kelopak mata. Beberapa kisah berantakan lalu terurai sudah. Aku tidak terlalu yakin apakah kau akan dengan mudah mencerna semua itu, melihat sisi lain diriku, memahami jalan pikiranku, menemukan alasan kenapa selama ini aku tidak ingin mengikat hubungan dengan siapa pun, termasuk di dalamnya kamu. Namun ku yakini bahwa aku mempercayai seutuhnya dirimu. Seperti saat pertama kali menemukanmu, aku tidak akan pernah mengubah rasaku.

Kita tak menyadari bahwa matahari terus bergerak ke barat, tetiba panasnya menyentuh kulitku yang tadinya tertutup teduh. Kau menggeser dudukmu, aku medekatkan tubuhku, kita mengeringkan luka sambil menahan banyak gejolak yang bukan hanya tentang hati kita yang terluka. Ada rindu dalam diri kita yang tidak pernah tersebutkan.
Kepada perempuan yang tak pernah lelah menempatkan hati dan pikirannya. Terima kasih untuk hari-hari yang telah terlewatkan. Bersamamu adalah senyaman dalam pelukan ibu, dan anak manja nan keras kepala ini masih betah melangkah tanpa tujuan, mencari jawaban tanya pada Tuhan.

Jangan pernah lelah apalagi bosan.


Postingan Populer