Gelar Jepang 19 "Penyelewengan Skripsi"
Deadline skripsi dua bulan lagi dan gue masih ada di bab II. Masih berkutat dengan landasan teori penelitian. Kata pembimbingnya perlu banyak teori lagi, masih kurang banyak, kurang bahan dan akhirnya bulu ketek gue keliatan kemana-mana. Oh tidak... bulu ketek. Rasanya gue pengen jadi anak ingusan lagi. Jadi bocah yang gak bisa bedain mana permen yang nempel di mulut dan mana sisa ingus yang abis meler. Tuhan tolong.
Sorry gue curhat lagi dan kalo lu bosen dengerin cerita gue, lu boleh kasih gue duit lima puluh ribu biar gue berhenti ngomong. Tapi sorry kalo gue nggak bisa berhenti ngomong, iya itu karena gue doyan sama semur jengkol. Jadi gue nggak bisa berhenti ngomong kecuali lu sodorin nasi anget sama semur jengkol. Deal.
Ini tentang hari-hari gue menghadapi semester akhir dibangku kuliah. Dimana gue harus ngebagi waktu antara kerja, kuliah dan skripsi. Juga harus ngebagi waktu kapan gue harus mandi, ngobrol sama bu kost dan kapan gue harus garukin perutnya kucing gue yang punya hobi jilatin badanya sendiri. Gue bukan tukang jam yang bisa atur waktu dan gue juga bukan artis yang punya asssisten buat ngatur hari padatnya dia. Emh... Kalo diliat dan dipikir gue masih banyak save waktu, kegiatan gue cuma kerja sama kuliah. Kerja masuk sore dan kuliahnya juga cuma tiga hari dan itu nyolong jam kerja. Sisanya adalah katawa ketiwi sama buncit dan donlod film box office pake wifi kantor. Cakep.
Pada dasarnya bukan gue sendiri yang pusing sama skripsi, ada banyak mahluk yang kalah keceh dari gue yang juga pusing sama skripsi. Contoh salah satunya adalah si buncit. Sedih, beban penderitaannya tambah berat. Udahan pusing gak dapat-dapat pacar, kena gejala ambeyen, dan sekarang dihadapkan sama skripsi. Ya, gue cuma bisa ngedoain dia biar bisa ngelawatin semua ini tanpa memperparah kondisi kebuncitan dia.
Gue yakin kalo sebuah perjuangan itu akan mendapatkan hasil yang terbaik, terlepas apapun itu hasilnya nanti. Dan pemahaman itu gue tularin ke pikiran buncit sehingga kita berdua punya semangat buat mutusin hubungan dengan skripsi secepatnya. So kita berdua mulai ngerajain skripsi, ngumpulin bahan, dan yang paling fenomenal adalah berkunjung ke perpustakaan UI buat cari kajian referensi. Tapi...
Ceritanya gue sama buncit niatin hari minggu buat ke perpus UI. Janjian jam 1 siang di gang Kober, Margonda. Dari sana kita tinggal jalan ke tempat tujuan. Kenyataannya adalah kita ketemuannya hampir jam 2. Cuacanya panas dan itulah penyebab si buncit datang jam segitu, jarak yang cuma 15 menit jadi hampir 30 menit. Sepertinya jarak tempuhnya membuncit terkena virus buncitan. Dan perjalananpun dilanjutkan, masuk gang kober udah mulai gatel liat barang dagangan disana, mulai goyah buat ke perpus UI tapi alhamdulillah masih bisa lolos dari jebakan diskon cantik disana. Fuhh.. Lap keringat, cuaca emang lagi benar-benar hot, kaya gue. Lupakan hal ini.
Dari gang kober kita nyebrang lintasan rel kereta di stasiun UI. Dan sampenya di kawasan kampus, ada banyak orang disana yang mengarah ke satu tempat. What happen?? insting kepo buncit menajam. Beberapa diantara penjalan ada yang pake pakaian harajuku dan kostum tokoh-tokoh anime Jepang. Gak disadari kita malah ikut para pejalan kaki yang mengarah ke fakultas bahasa, belok dari jalan yang menuju perpustakaan. Dan wow sampe disana ada banyak orang yang berkerubun di stand-stand yang berjejer di depan jalan masuk fakultas bahasa. di depannya ada tiang tinggi warna merah sebagai pintu masuk ala rumah-rumah Jepang. Dan terpampang nyata baner disana bertuliskan "Gelar Jepang 19".
Ada di depan pintu masuk kita berdua saling mengingatkan diri buat nggak kejebak dalam acara ini. Dalam hati masing-masing kita berdoa pada Tuhan agar ini acara pake tiket masuk dan harus bayar. Tapi sayang Tuhan berkendak lain, cukup registrasi nama dan email semua orang bebas untuk ikut dalam acara. Dan taraaaa.... kita berteriak kegirangan. Acaranya ternyata gratis, doa kita nggak di ijabah sama Tuhan. Gue sama sama buncit lagi-lagi tergoda sama gratisan. Gelar Jepang 19, Penyelewangan Skripsi.
#Gelar Jepang 19
Gelar Jepang adalah acara tahunan yang dipawangi oleh Himpunan Mahasiswa Japanologi Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia (HIMAJA FIB UI) bertujuan untuk memperkenalkan kebudayaan Jepang kepada masyarakat umum dan sebagai wadah apresiasi calon-calon pemimpin bangsa serta ajang pertemuan bagi para peminat kebudayaan Jepang di Indonesia. Ini adalah tahun ke-19 yang mengangkat tema ‘Pariwisata’.
Boarding pass di depan pintu masuk utama Gelar Jepang 19 |
Gelar Jepang diselenggaran di area fakultas bahasa, areanya outdoor. Meski di area terbuka semua yang hadir wajibnya masuk lewat pintu utama dengan boarding pass terlebih dahulu sebagai tiket masuknya.
#Takoyaki
Buat yang suka sama makanan Jepang, udah pasti kenal sama makanan yang satu ini, Takoyaki. Salah satu makanan Jepang yang berasal daerah Kansai berbentuk bola-bola kecil dengan diameter 3-5cm yang dibuat dari adonan tepung terigu diisi potongan gurita.
Nyicipin Takoyaki |
Rasanya lumayan gurih, sekali kunyah pengen lagi. Hahaha.... cost Takoyaki disini Rp 15K/porsi (isinya ada lima).
#Menara Tokyo Jepang
Menara Tokyo terkenal sebagai simbol kota Tokyo dan objek wisata yang sebenarnya berfungsi sebagai menara antena pemancar TV analog (UHF?VHF), TV lokal digital, dan radio FM. Selain itu, perusahaan KA East Japan Railway menggunakan menara ini untuk meletakkan antena radio sistem darurat kereta api, dan sejumlah instrumen pengukuran dipasang oleh Kantor Lingkungan Hidup Metropolitan Tokyo.
Menara ini berada di Taman Shiba, Tokyo. Tinggi keseluruhan 332,6 m yang merupakan bangunan menara baja tertinggi di dunia yang tegak sendiri di permukaan tanah. Berdasarkan peraturan keselamatan penerbangan, menara ini dicat dengan warna oranye internasional dengan warna putih di beberapa tempat. Bangunan sekelilingnya lebih rendah, sehingga Menara Tokyo bisa dilihat .
This is Replika Menara Tokyo |
Gak ada menara Eiffel menara Tokyo pun jadi. Hihi... Hope someday ada langsung di TKP. Hehe...
Acara ini terbagi dalam beberapa area. Ada area yang dagangin produk dan souvenir Jepang, area makanan yang menurut gue bothnya masih kurang banyak, area buat lomba dan gelaran komik dan area utamanya adalah sebuah panggung tempat para performers ngisi acara.
Both Gelar Jepang 19 |
Nyemplung dalam keriyuhan Gelaran Jepang 19 |
Dan inilah kisah penyelewengan skripsi gue sama bucit. Anak manusia yang selalu menyimpang, nggak fokus, dan super kepo.
Salam penyimpangan dan pembuncitan.
Komentar
Posting Komentar