Andini, Memori Sudut Kelas.

Tuhan, aku tidak tahu ini apa.
Marahkah?
Sedihkah?
Bencikah?
Rindukah?
Andini hanya diam.

Dia selalu ada disudut kelas. Memilih bangku kosong disana sebagai tempat terbaiknya. Tidak ada yang  bertanya, tidak ada yang peduli, dan mungkin tidak ada yang menyadari keberadaan dirinya. Diam mengamati apa yang terlihat.

Dalam diam, marahkah dia saat tahu  Pak Romi, dosen yang dia anggap sebagai dosen terbaik meluluskan Claudia dengan syarat yang tak wajar.

“Claudi, skripsimu kapan selesainya?” Pak Romi membuka obrolan.
“Secepatnya pak” Jawab Claudia santai.
“Secepatnya gimana? Ini jadwal sidang sudah dekat” Masih sibuk membenahi buku dan kertas dimejanya.
“Saya sudah berusaha tapi belum bapak ajuin juga”
“Iya mau gimana kalo usaha kamu cuma segitu” Acuh, memasukan buku kedalam tasnya.
“Saya berusaha yang saya bisa, pusing pak nggak tahu gimana lagi?”
“Kalo kamu mau saya bisa bantu” Pak Romi menghentikan aktivitasnya dan melirik Claudia lekat.
“Caranya ???”

Pak Romi mengeluarkan secarik kertas, menuliskan sesuatu dan beranjak pergi meninggalkan Cluadia yang diam depan meja kelas yang mereka anggap kosong.

*****
Dalam diam, sedihkan dia pada Claudia. Mahasiswi cantik dan baik hati yang membuat iri siapapun ini mau menerima syarat pak Romi.
“Janji ini yang terakhir kalinya pak”
“Kamu mau saya luluskan atau tidak?”
“Tapi tidak seperti ini pak! Kenapa Bapak berbohong”.
“Iya sudah kalo kamu tidak mau lulus”
“Pak....”
“Tuttt...

Bunyi suara telpon itu terputus nyaring terdengar dari bilik toilet sore ini. Sepi suara jeritan itu tertahan, ada yang terisak. Claudia keluar dari bilik toilet. Tertangkap mata  indahnya terlihat sembab, terburu ia menuju pintu keluar meninggalkan Andini yang diam dihadapan kaca.

*****
Dalam diam, bencikah dia pada Andri yang tak peduli dengan kesetiaan Claudia.

“Sayang, maaf hari ini aku nggak bisa temenin kamu” Andri membelai rambut Claudia
“Emang kenapa nggak bisa?” Tanya Claudia manja
“Mau ada turnamen, aku harus latihan sama anak-anak...”
“Tapi ada yang pengen aku ceritain ke kamu, penting” Sela Claudia
“Iya nanti kalo udah kelar latihanya, aku kerumah kamu. Ok” Andri menatap Claudia
“Oh ya udah kalo gitu, kamu yang semangat yah” Claudia menarik hidung Andri
“Iya sayang”  Andri mengusap kepala Caludia.
“Aku pergi ya sayang”

Andri menyadarkan punggungnya ketembok kelas, memandangi Claudia yang berbalik menengoknya, diam sesaat menatap Andri yang kemudian dibalas Andri dengan senyum manisnya, Claudia berlalu,  Senyum Andri tidak juga. Ia menimang Blackberrynya, bunyi nada pesan membuat Andri tampak bahagia dan iapun beranjak tanpa menyadari ada sesorang yang diam menyaksikan dari sudut ruang kelas.

*****
            Dan dalam diam rindukah dia dengan sosok yang selama ini dikagumi. Pemimpin organisasi kampus yang dianggap tegas dalam bersikap. Mahasiswa berkualitas kebanggaan kampus. Beruntung  ia  sekelas bersamanya. Kemana Doni?

            Wajah tampan itu ditemukan tengah sibuk diruangnya. Sepi, Andini bersembunyi dibalik gelap malam, puas menatap sang pujaan. Tiba-tiba seorang datang menghampiri dan mengunci pintu, membuatnya harus bergerak ke jendela belakang. Mengintip, mereka yang di dalam terlihat begitu akrab berdialog dengan bahasa tubuh, Andri dan Doni. Pucat pasi, Andini kembali kesudut kelas.


Dalam diam, tanpa alasan-alasan yang tak dimengerti semua berjalan seperti biasa. Dia diam disudut kelas, menyaksikan  Doni menyimak ceramah Pak Romi di depan kelas. Sedang diluar nampak Claudia menemani Andri yang sedang latihan basket dilapangan.

Terekam dalam memori sudut kelas. Saksi Andini, mahasiswi yang hilang dan tidak pernah ditemukan. 


Komentar

Postingan Populer