Abdul & Natalia

“Dul, kamu gak punya temen lagi apa selain komputer?” ucap mama yang tanpa kusadari ikut menatap layar komputer.
“Mama...”  Teriak ku kaget yang juga membuatnya kaget.
“Dul jangan ngagetin mama dong” Protesnya.
“Mama yang ngagetin aku, masuk kok gak ketuk pintu dulu” Jawabku sewot.
“Yah orang pintunya nggak kamu tutup” kembali mama menatap ke layar komputer.
“Mama ngapain sih ke kamar Abdul” Aku mematikan tombol monitor.
“Lah kok dimatiin??” Mama meperlihatkan lagi wajah kagetnya.
“Jawab dulu pertanyaan aku Ma” Tatapku menyelidiki
“Nggak ada apa-apa, mama cuma pengen tahu aja kamu ngapain” jawabnya santai.
“Aku lagi ngerjain tugas sekolah Ma”
 “Masa sih setiap hari ada tugas mulu, perasaan mama dulu waktu sekolah ada waktu mainya deh”
“Maksud Mama??”
“Iya, Mama liat kamu tiap hari dirumah aja. Kalo gak dikamar yah dihalaman belakang baca buku diatas pohon mangga. Mama gak pernah denger kamu minta ijin buat main keluar sama temen kamu”.
“Mama ini aneh, tar kalo Abdul kebanyakan main diomelin juga” Aku makin sewot.
“Maksud mama bukan begitu, kamu kan perlu waktu buat main juga.  Tiap pulang sekolah udah didepan komputer aja ngerjain PR, terus dirumah mainnya ama buku. Nanti kalo kamu stress mama juga yang pusing”. Mama menatapku serius.
“Ini mama makin aneh aja. Abdul kan udah kelas tiga Ma, udah deket ama ujian sekolah. Jadi harus banyak belajar”

“Ya sudah, jangan dipaksain. Kalo capek kamu istirahat” Teraut kekhawatiran dalam senyum mama sebelum beranjak meninggalkan kamarku.

Aku terdiam dihadapan layar monitor, menatap bayangan wajahku disana. Dan tidak butuh yang lama aku langsung menyalakan kembali monitor. Aku rasa sekarang dialah sahabat terbaik ku Ma.

Klik, Natalia mengklik mousenya yang tertuju pada ikon kirim pada layar. Senyumnya mengembang, memastikan bahwa pesan yang dikirimnya akan membuat senang si pembaca.

“Lia...” Suara Ka Mira terdengar keras memanggil namanya
“Ada geng kamu nih” Lanjutnya lagi
“Iya... Suruh tunggu bentar kak” teriak Natalia.

Natalia mematikan laptopnya, mengenakan jaket, menggendong ransel dan  menutup rapat kamarnya.

“Hai guys, maaf nunggu lama” Sapa Natalia pada teman-temannya
“Lama apanya? Baru juga kita sampe” Jawab Rendi santai
“Haha... yuk berangkat” Tuntun Natalia mengarahkan teman-temannya menuju mobil.

Riyuh tawa dalam kendaraan roda empat ini, Danar selalu saja membuat tingkah lucu dengan mengadegankan para penghuni sekolah dengan gaya kemayunya, kompak dengan Katrina yang tak pernah berhenti bergosip, apapun yang diucapkannya selalu terdengar seru. Dan Rendi berusaha fokus dalam mengendarai mobil meski sesekali terlihat mencuri pandang ke arah Natalia.

Sama seperti malam minggu sebelumnya, keempat sekawan ini kembali menghabiskan waktu mereka dengan mengintari mall dan menjajali tempat-tempat hangout diseputaran Ibu kota, berusaha mengaktualkan diri dengan suasana terkini. Kegiatan yang berdampak pada ketenaran mereka disekolah, selalu menjadi sorotan. Dan sekali lagi mereka terlihat tertawa riang bersama.

“Jadi kamu menolak dia, walaupun selama dua tahun sabar menunggumu?”
“Iya, di ulangtahunku kemaren dia mengucapkan perasaannya lagi dan kubiarkan saja dia menunggu sampai akhirnya aku bilang tidak”
“Gila, tega sekali kamu”
“Dulu waktu kelas satu aku bilang tidak ingin pacaran sampai aku berumur 17 tahun, dan saat aku sudah 17 tahun, aku memutuskan untuk tidak ingin pacaran sama dia”
“Kenapa, kamu tidak suka sama dia?”
“Tidak”
“Kamu tidak ingin pacaran?”
“Tidak juga”
“Terus ???”
“Kamu Kepo... Haha”
“Hemm, lupakan”
“Lupakan. Aku tidak ingin memiliki hubungan dengan orang yang selalu berpura-pura.”
“Rendi?”
“ juga Danar dan Katrina”
“Haha... Kamu masih saja belum membuka diri”
“Kamu apalagi”
“Tapi setidaknya aku tidak berpura seperti kamu”
“Aku tidak berpura, teman dan sahabat adalah kamu”
“Kamu tidak berubah”
“Tapi bukan pacar yah, hahaha...”

Bukan pacar.... Abdul mamatikan komputernya, memandang foto dirinya sedang asyik bermain ayunan bersama seorang anak perempuan berambut keriting panjang dan dengan dua lesung pipit dipipinya.

“Selamat malam Nat”.

Ya bukan pacar... Natali menutup laptopnya, beranjak disisi jendela dan merasakan kesejukan angin malam kota Jakarta. Merindukan jam gadang dan bocah gembul bernama Abdul.

“Selamat istirahat Dul”.



Komentar

Postingan Populer