1 Cinta 2 Keyakinan




Aku tidak melihat Tuhan marah akan cinta ini. Keyakinan yang ada padaku ku yakini sepenuh hati dan keyakinan yang kau miliki juga kau peluk sepenuh hati. Kita manusia istimewa, miliki satu cinta dengan dua keyakinan berbeda.


Trisia berdiri membelakangi mushola dengan sebuah ransel mengguntai ditangannya. Ia nampak bahagia menunggu Fadli melaksanakan sholat zuhur dan tak berapa lama Fadli menghampiri dirinya, tersenyum pada Trisia dan menaruh ransel ke punggungnya. Lalu keduanya melangkah dengan berpegang tangan. Dan liotin berbentuk salib mungil yang melekat pada kalung Trisia bergoyang seirama dengan langkah kaki mereka yang pelahan menjauhi mushola.


Ada pilihan dalam aturanNya, dan kita bebas untuk memilih dengan syarat-syarat yang sudah dijelaskan. Sekarang beranikah kita untuk menentukan pilihan itu, tanya hatimu. Ku tanyakan hatiku.


Trisia dan Fadli menghentikan langkahnya, duduk dibangku tua dihadapan pohon yang usianya jauh lebih tua dari bangku yang mereka duduki. Keduanya diam masih berpegang tangan, tanpa berpandangan senyum keduanya terbentang, galau menikmati kedamaian cinta Tuhan. Sekejap mendung bersenandung, Trisia merapatkan bibir, menolak air mata yang mulai mencair, menggenggam erat tangan Fadli yang mulai terlepas.



Keyakinan berbeda ini membentuk satu cinta, kita. Dan kita sepakat melepaskannya, aku dan kamu. Aku tidak berani mengatakan jika kau bukan jodohku, dan kau mendiamkan jika aku bukan jodohmu. Tuhan juga tidak membicarakannya. Kita sudah kembali pada keyakinan.



Fadli urung melepaskan tangannya dari genggaman Trisia, sekali lagi jemari mereka terikat erat untuk beberapa saat hingga air mata Trisia jatuh tanpa isak. Dan senjapun datang, jari yang menyatu ikhlas terlepas. Keduanya bangkit dan mengambil jalan yang berbeda. Melangkah tanpa berpandang, pulang dengan senyuman.


Komentar

Postingan Populer