Peri Gigi

Adalah rasa, mimpi, dan ambisi tentangmu.



#1. Kamu mengetuk kekosongan ruang gelap itu, menyapa dan membawa kehangatan, mengenalkan diri dengan sebaik-baiknya, menyakinkan ku untuk membukakan pintu dan membiarkanmu masuk, dan duduk sebagai tamu tak di undang. Dan kamu mulai bercerita, seakan kita adalah sahabat yang sudah sangat lama tidak bertemu, intim hiingga larut malam. 

Aku memang pendengar yang baik tapi hari ini aku sangat letih, tidak ingin berpikir apa-apa lagi, hanya ingin memejamkan mata, menghapus kesakitan hari ini. Terlelap dan berharap aku lupa. Jadi pintunya masih kubiarkan terbuka, jika bosan kamu bisa pergi, pikirku. Tapi sepertinya kamu masih ingin berada disini. Dan ku biarkan saja kamu menyusuri ruang gelap ini, sesuka hatimu.

Pagi saat ku membuka mata, kamu berada dekat disampingku dengan senyummu, lagi timbul kehangatan yang mengurai dinginnya udara subuh. Ternyata kau tidak pulang semalam. Aku bangkit dan duduk. Menunduk khidmat, menyapa Tuhan, mengingatkanNya bahwa aku ingin hidup bahagia hari ini. Dan aku kembali sendiri.


#2. Agustus, berlalunya hari di dalam ruang gelap ini, dia bukan lagi tamu. Dia adalah penghuni yang ku perbolehkan menggambar seluruh tembok dengan warni-warni imajinasinya. Namun dia lebih suka bercerita tentang dirinya dan juga cinta, hingga kemarau menjadi kertas dimana ada cerita yang tertulis antara aku dan dia.  Dan di dalam tulisan itu terdapat coretan di tiap kata cinta yang ia tulis untukku.


#3. Awan gelap menyelimuti pagi ini. Angin mulai berhembus kencang, membuat daun-daun kering beterbangan dan jatuh memenuhi jalanan gang stasiun, senin pagi yang sepi dan aku mulai mempercepat langkah setelah rintik mulai berjatuhan. November, cuaca tidak bisa ditebak, persis seperti menghilangnya kamu dari ruang gelap itu. Tanpa pamit atau pesan.


#4. Januari, hujan membuatku menggigil menahan dingin. Aku menunggu sapaan darinya di ujung sana. Hal yang selalu membuatku tampak bodoh. Menunggu hanya untuk mencari jawaban atas kepergiannya yang membuatku menjadi serba salah.  Kenapa waktu itu aku mencoret kata cinta yang ia tulis untukku, sial. 


#5. Masih diburu rasa bersalah, sebisa mungkin aku mencari cara untuk menemukannya. Hingga pada akhirnya dia pun kembali, tapi tidak seperti dulu lagi. Hanya sepenggal kerinduan dalam pertemuan kedua ini. Tidak ku temukan jelas jawaban dari kepergiannya waktu itu, dan kini kau menghilang lagi untuk kedua kalinya.


#6. Berbulan dalam kegalauan yang tak berujung, akupun mematikan rasa untuknya. Ada ada cerita baru yang sedang ku buat dan ku katakan segala hal tentangnya sudahlah hilang sama seperti menghilangnya dirinya. 


#7. Agustus, sudahlah setahun terlewatkan. Dan dia datang lagi, kembali mengetuk ruang gelapku. Awalnya ada pergolakan dalam diri, ingin membuka kembali pintu itu atau mendiamkannya diluar sampai bosan. Ah, janjiku pada diri sedang diuji. Ku katakan maaf, aku berkhianat. Aku kembali memeluk erat dirinya dan mengikat lagi kasih. Rindu bertemu rindu dan hasrat sudah terhapuskan dalam kedewasaan. Setelahnya dia kembali pergi, dan ku temukan aku mencintainya tanpa penyesalan.


Depok.

Komentar

Postingan Populer