Masih Ada Kotak di Lantai 2
Nafas yang kuanggap menggangu
pagi ini terlihat sempit. Aku beranjak dari tidur dengan malas, menguping dalam
kantuk yang dibuat buat. Ada yang tidak indah disudut kotak itu, inginku sapa
tapi rasa benci semalam masih menggantung di kerongkongan, ku urungkan saja niatku dan beranjak pergi.
Kini tinggalku sendiri. Aku terdiam, menangkap kata luka dalam nafas yang
terhembus tadi, mencerna dengan teliti isi dari kotak lantai dua pagi ini.
Dan ku dapatkan sebuah pesan, Ia
akan keluar dari kotak ini. Kabar yang menggembirakan, kabar yang ku tunggu-tunggu dari dulu. Jadi aku tak
perlu repot lagi mencari alasan untuk tidak pulang. Tapi kenapa hatiku menjadi
kosong, aku merasa ada yang hilang padahal belumlah ia menghilang. Ia masih
berada disudut sana dengan perasaannya yang luka. Oh Tuhan, ada apa ini. Kenapa
aku sangat ingin memeluknya, membisikan cinta yang tak pernah terucap.
Membiarkan dia bebas dalam kotak, bebas menjadi dirinya asal cegah dia untuk
pergi diri sini.
Aku menangisi kesendirianku, jika
kau tahu, rasa benciku hanya setetes air mata dibandingkan dengan derai
tangisku melihat senyummu. Pada Nya aku memohon kebahagian untukmu. Bahagia untuk
semua rencana yang telah kau buat. Meminta pada malaikat untuk selalu menjagamu.
Selalu membuatmu dalam kondisi baik. Saudaraku, kita tak pernah berbagi
masalah. Aku dengan masalahku dan kau dengan permasalahan dirimu. Kita juga tak
pernah berbagi kebahagian ataupun kesedihan. Dan dalam kotak ini aku tahu kau
mencintaiku dalam sikap dinginmu, kerena akupun mencintaimu dalam benci yang ku
buat.
Masih dikotak lantai 2, aku dan
saudaraku.
Komentar
Posting Komentar