Teo dan Dora, Teodora

Mendung menggantung dibalik jedela, hendak menurunkan hujan namun ada keraguan, hanya beberapa kali sempat meneteskan gerimis, membuat malas para penghuni kota hujan. Sepanjang hari Teodora menatap langit dari balik jendela, enggan beranjak dari kursi malasnya. Fikirannya menembus langit abu-abu di atas sana, jauh mengangkasa mencari rona senja.

Ah... Kemana kau pergi? dimana kau sekarang? Hilang tanpa bilang, tidak berpamit, tidak juga meninggalkan pesan. Kau ini membuat cemas saja. Teo menutup matanya, rindu dengan langit sore. 

Dora tersenyum, butiran salju jatuh di telapak tangannya. Ia menatap langit, salju mendarat lembut di wajahnya. Udara sore ini semakin dingin, semakin membekukan hatinya, dan semakin membuat ia bahagia. Dora berlari-lari ria, matahari tidak menyala sempurna, langit redup membuat ia menari dalam background putih.

Jadi lupakan, kau hanya pelarian ku. Jangan bodoh karena aku datang di saat ku butuh saja. Aku tidak pernah mengatakan rindu, kau saja yang selalu merinduku. Teo sudahlah, buka matamu. Dora melemparkan bola salju di tangannya.

Bukkk.....
Sesuatu menghantam wajah Teo, langitpun gelap, hari sudahlah malam.

Komentar

Postingan Populer